KONEKSI ANTARMATERI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Oleh : HINDUN KHOZANAH
Alhamdulillah, pada sesi 3.1.a.9 ini saya akan mencoba menuliskan pemahaman
saya dalam sebuah rangkuman “Koneksi Antar Materi Pengambilan Keputusan
Sebagai Pemimpin Pembelajaran”.
Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap memiliki pengaruh
terhadap bagaiamana pengambilan sebuah keputusan sebagai seorang
pemimpin pembelajaran yang diambil.
Filosofi Pratap Triloka yang terdiri dari Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya
Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani memberikan pengaruh yang besar dalam
mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Guru sebagai pemimpin
pembelajaran memiliki peran di depan memberi teladan/contoh baik kepada
murid, di tengah (bersama-sama dengan murid) membangun motivasi/dorongan
dalam artian memberikan karsa/usaha keras memotivasi murid, dan dibelakang
memberi dukungan serta membantu murid agar dapat menyelesaikan /mengambil
keputusan terhadap permaslahannya sendiri, tentu saja dengan menerapkan
pengambilan keputusan yang berpihak pada murid melalui tahapan penerapan 4
paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan untuk mewujudkan
Profil Pelajar Pancasila.
Guru hanya berperan sebagai pamong yang mengarahkan murid agar murid menuju
keselamataan dan kebahagiaan.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh terhadap
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan.
Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang tertanam dalam
dirinya. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika
kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari
dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi
dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar
melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama
untuk mengambil keputusan yang benar. Dalam sebuah pengambilan keputusan,
nilai di dalam diri tersebut yang akan menuntun apakah pengambilan
keputusan menggunakan pola berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis
peraturan ataukah berpikir berbasis rasa peduli. Seorang pamong selayaknya
dapat memberikan tuntunan agar anak menemukan kemerdekaan melalui
pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.
Kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan
pendamping dalam proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian
pengambilan keputusan tersebut. Kegiatan tersebut masih sangat efektif,
al-hal ini bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada
modul 2 sebelumnya.
Pembimbingan yang diberikan oleh fasilitator dan pendamping praktik sangat
efektif membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya
ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan
dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil
tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan. Guru dalam menjalankan
tugasnya menjadi pamong dan pembawa agen perubahan harus bisa mengetahui
kebutuhan belajar murid serta memberikan teladan kepada murid. Terkait
dengan hal ini, tentulah akan terjadi banyak hal yang menjadi problematika
dari murid, dan disini kita memerlukan teknik untuk membantu murid melalui
“coaching”.
Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu
masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah
yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat
mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan
masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila
dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka
belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.
Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi
murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang
diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA
dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Aspek sosial emosional guru akan sangat mempengaruhi pengambilan sebuah
keputusan. Disinilah letak keharusan guru untuk mampu mengelola dan
menyadarinya, sehingga kondisi emosional guru yang dikeluarkan adalah
kondisi emosional yang menyenangkan dan mendukung murid untuk belajar
dengan tanpa paksaan dan senang hati.
Aspek pengelolaan sosial emosional guru yang stabil, menyenangkan dan penuh
semangat akan menunjang fokus guru dan murid dalam pembelajaran, menjadikan
pengambilan keputusan menjadi lebih tepat dan bijak sehingga menjadikan
merdeka belajar di kelas dan sekolah.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau
etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Terkait dengan hal ini, seorang pendidik hendaknya bisa memilah suatu kasus
apakah merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Pengambilan keputusan
yang diambil hendaknya tetap menerapkan 4 paradigma, memperhatikan 3
prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Sehingga harapannya
adalah pendidik sebagai pemimpin pembelajaran akan mampu membuat keputusan
yang bertanggungjawab dan berpihak pada murid.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada
terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Pengambilan keputusan yang tepat yang berdampak pada terciptanya lingkungan
yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat tercipta apabila kita dapat
membedakan apakah persoalan tersebut sebuah dilema etika ataukah bujukan
moral. Setelah itu dalam pengambilan keputusan juga hendaknya memperhatikan
3 prinsip pengambilan keputusan yang meliputi berpikir berbasis hasil
akhir, berpikir berbasis peraturan dan berbasis rasa peduli. Empat (4)
Paradigma dalam pengambilan keputusan juga harus diperhatikan, apakah
individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan versus belas
kasih dan jangka pendek versus jangka panjang. Sedangkan untuk pengambilan
keputusan yang baik, hendaklah menggunakan 9 langkah dalam pengambilan
keputusan. Isya Alloh, melalui langkah-langkah ini keputusan yang diambil
adalah keputusan yang mampu membuat situasi kondusif, aman dan nyaman di
lingkungan sekolah maupun sekitarnya.
Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit
dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan
paradigma di lingkungan Anda?
Benar, kesulitannya adalah membedakan apakah persoalan tersebut termasuk
dilema etika ataukah bujukan moral. Setelah mampu menganalisis persoalan
terkait dilema etika, pengambilan keputusan hendaknya memperhatikan
paradigma apakah persoalan tersebut Individu lawan masyarakat (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan ( justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty),
dan jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).
Kesulitan lain selain dalam hal membedakan apakah persoalan tersebut dilema
etika ataukah bujukan moral adalah terkadang terdapat sistem sekolah yang
memaksa kita untuk tetap tidak bisa melaksanakan keputusan sesuai dengan
kebajikan universal, juga kurangnya komitmen warga sekolah dalam
melaksanakan keputusan yang telah disepakati.
Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita
ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Dalam hal pengambilan keputusan, kita semua telah mendapatkan banyak
pelajaran dalam modul ini tentang berbagai hal yang harus diperhatikan dan
bagaimana cara mengambil keputusan. Apabila kita memegang prinsip-prinsip,
paradigma dan cara-cara yang diajarkan pada modul ini dalam pengambilan
keputusan, insya Alloh keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang
bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya
dilakukan untuk memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan
belajar mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan bijaksana yang diambil oleh
guru akan memberikan ruang untuk memerdekakan murid serta memihak pada
murid dan pada akhirnya menjadikan murid berkembang menjadi pribadi yang
kreatif, inovatif dan matang dalam pembelajaran, dan tentu saja akan
menjadikan mereka belajar untuk bisa melakukan pengambilan keputusan bagi
masa depan mereka sendiri. Demikian pula sebaliknya, keputusan yang kurang
tepat dan tidak bijak tentu saja akan terkenang oleh murid dan membawa
dampak kurang baik di masa depan mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul
materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini
dengan modul sebelumnya adalah bahwa konsep kepemimpinan murid sangat
terkait dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan filosofi dari Ki
Hajar Dewantara.
Bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat anak agar
mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya baik sebagai
individu maupun anggota masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, dalam
proses pembelajaran, guru hendaklah memiliki keterampilan (skill) dalam
pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena pendidik adalah
teladan bagi murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Dibutuhkan
keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi
dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang
mengakomodasi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan, juga
diperlukan kejelasan visi dan misi, budaya, dan nilai-nilai yang dianggap
penting di sekolah, agar bisa menjadi acuan dalam pengambilan keputusan.
Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh
(mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil
keputusan dengan baik. Coaching ini akan membantu guru dalam
mengidentifikasi berbagai persoalan murid dan membantunya dalam mengambil
keputusan atas persoalannya tersebut. Coaching ini juga sangat bermanfaat
untuk membantu rekan sejawat dalam permasalahan pembelajaran, sehingga
rekan sejawat akan menemukan solusi dari permasalahannya. Muara akhirnya
adalah terciptanya budaya postif pada lingkungan belajar di sekolah dan
komunitas praktisi sehingga Profil Pelajar Pancasila akan terwujud.